Stasiun Gambir

Pembangunan Stasiun Gambir di Jakarta berawal dari gagasan Gubernur Jenderal Hindia-Belanda pada tahun 1846, J. J. Rochussen. Kala itu, ia mengusulkan pada pemerintah untuk membangun jalur kereta api dari Jakarta ke Bogor (saat itu bernama Buitenzorg). Tujuan pembangunan jalur KA rute Jakarta-Bogor ini tidak lain karena kepentingan ekonomi dan politik, juga komunikasi pemerintahan.

Ditinjau dari segi ekonomi, keberadaan jaringan KA Jakarta-Bogor adalah untuk pengangkutan hasil perkebunan. Sedangkan, dari segi politik, terdapat gedung Algemeene Secretarie (kini istana Bogor) yang saat itu merupakan tempat kedudukan Gubernur Jenderal Hindia-Belanda. Pasca disepakati, dimulailah pembangunan jalur KA Jakarta-Bogor pada tahun 1869 oleh perusahaan swasta NISM.

Proyek jalur KA sepanjang 56 km dengan beberapa simpangan ini membutuhkan beberapa kali pengembangan seiring kebutuhan akan ekonomi dan politik saat itu. Kemudian, pada 1913, pemerintah mengambil alih jalur KA Jakarta-Bogor yang sebelumnya milik NISM menjadi milik SS milik pemerintah. Saat itulah beberapa rute lainnya kemudian dibangun, salah satunya KA lintas Jakarta-Bekasi-Karawang.

Seiring dengan perkembangannya, pada tahun 1976, Gubernur Jakarta, Ali Sadikin dan Gubernur Jawa Barat, Solihin GP membangun kawasan Jabotabek dengan meningkatkan layanan transportasi melalui KA. Sebagai tempat perhantian, dibangunlah jalur layang di Stasiun Gambir. Stasiun ini dibuka untuk umum pada 6 Juni 1922 yang diresmikan oleh Presiden Soeharto.

 

Scroll to top